Galuh Lestari Mandiri Jual Bibit Jati Solomon tinggi minimal 10 cm, hasil Kultur Jaringan, bisa dikirim luar Jawa dengan Stum aman, dan pengemasan Box Styrofoam dan bibit lainnya seperti Sengon, Gmelina, Akasia dan Manglid. Untuk pemesanan bisa menghubungi Nomor Hand Phone : 0812.2058.0066 (Irfan BA, S.Hut)

Senin, 28 Maret 2011

GAMBAR DAUN JATISOLOMON

Gambar 1. Daun Jati Solomon Tampak Dekat


Gambar 2. Daun Jati Solomon Tampak Dekat

Minggu, 27 Maret 2011

GAMBAR BATANG JATI SOLOMON

Gambar batang pohon jati solomon atau jati jumbo yang berusia 7 tahun.

GAMBAR POHON JATI SOLOMON

Gambar pohon jati solomon / jati jumbo yang berumur 7 bulan

 Gambar pohon jati solomon / jati jumbo yang berumur 7 bulan

GAMBAR POHON JATI SOLOMON UMUR TANAM 5 TAHUN

    Gambar Pohon Jati Jumbo / Jati Solomon Umur Tanam 5 Tahun

GAMBAR POHON JATI SOLOMON

Gambar Pohon Jati Solomon telah berusia 2,6 tahun

APLIKASI SILVIKULTUR DALAM REHABILITASI LAHAN KRITIS

APLIKASI SILVIKULTUR DALAM REHABILITASI LAHAN KRITIS
0leh : Andi Rinto P. W., S.Hut.
I. Pengertian Lahan Kritis dan Silvikultur

Lahan kritis adalah lahan yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena mengalami proses kerusakan fisik, kimia, maupun biologi yang pada akhirnya membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat (Djunaedi, 1997). Lahan kritis juga disebut sebagai lahan marginal yaitu lahan yang memiliki beberapa faktor pembatas, sehingga hanya sedikit tanaman yang mampu tumbuh. Faktor pembatas yang dimaksud adalah faktor lingkungan yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman, seperti unsur hara, air, suhu, kelembaban dan sebagainya. Jika terdapat salah satu saja faktor pembatas pertumbuhan tanaman tersebut yang kurang tersedia, maka tumbuhan juga akan sulit untuk hidup (dalam keadaan tercekam).

Silvikultur adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pembangunan dan pemeliharaan hutan dengan mendasarkan pada pengetahuan silvika sehingga komposisi, struktur, dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan.

II. Latar Belakang Masalah
Pengantar

Whitmore (1984) mengatakan bahwa : Hutan tropis Indonesia dikenal merupakan hutan yang paling kaya akan jenis dan ekosistem yang terkompleks di dunia. Indonesia yang luas wilayahnya hanya 1.3 % dari luas permukaan bumi, memiliki :

1.Flora berbunga yang banyaknya 10 % dari jenis flora berbunga dunia,
2.Mamalia mempunyai 12 % dari jenis mamalia dunia,
3.Burung 17 % dari burung yang ada di dunia,
4.Ikan mempunyai 25 % dari jenis ikan di dunia (Myers. 1988; McNeely et al, 1990; Ministry of National Development Planning, 1997; Soekotjo dan Hani’in, 1999).

Laju kerusakan hutan yang disebabkan oleh berbagai faktor diprediksikan telah mencapai 1.6 juta hektar per tahunnya. Apabila hal ini dibiarkan maka menurut Witular (2000) hutan alam tropika di Sumatera akan habis pada tahun 2005, sedangkan di Kalimantan akan habis pada tahun 2010. Sementara menurut inventarisasi Depertemen kehutanan 2003, luas lahan kritis di Indonesia sekitar 43 juta hektar, dengan laju kerusakan hutan sekitar 3,5 juta hektar per tahun.

Kebutuhan bahan baku industri sekitar 58.87 juta m3/tahun, sedangkan pemenuhan kayu yang diproduksi dari hutan alam, hutan rakyat, HTI dan PT Perhutani selama 5 tahun terakhir hanya sekitar 25 juta m3/tahun. (Direktorat Produksi Hasil Hutan, 2000). Emil Salim (2005) mengatakan bahwa kebutuhan kayu di Indonesia sekitar 60 – 70 juta m3 setahun, sementara kayu yang bisa ditebang secara lestari dari hutan kita (alam, HTI dan Hutan Rakyat) hanya sekitar 20 juta m3/tahun. Sementara ilegal logging terus berjalan. Jadi mau tidak mau kita harus menanam dan tidak menebangi hutan alam

Sumber-sumber kerusakan hutan :
Alih fungsi dan penyerobotan kawasan hutan
Bencana alam misalnya kebakaran, letusan gunung berapi, angin dan sebagainya
Penebangan (legal) yang berlebihan dan penebangan ilegal
Hama dan penyakit

Soekotjo dan Hani’in (1999)

Kriteria kerusakan hutan dapat mengacu pada akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan tersebut terhadap :
Keanekaragaman hayati
Produktivitas dan vitalitas hutan
Margasatwa
Aestetik dan lain sebagainya.

Masyarakat merusak hutan?
Mereka menganggap bahwa hutan boleh dimanfaatkan sesuai dengan keinginannya
Mereka belum mengetahui secara benar tentang fungsi dan manfaat hutan
Mereka ada yang menginginkan untuk mendapatkan sesuatu manfaat dengan cepat tanpa mengindahkan aturan yang ada.
Mereka melihat contoh yang dilakukan oleh petugas.
Factor x yang tidak bisa dimengerti oleh orang lain (berkaitan dengan pola hidup)

Permasalahan yang sering kita hadapi sekarang ini adalah adanya berbagai kepentingan yang ingin memanfaatkan sumberdaya lahan dan hutan yang ada di Indonesia. Adanya Otonomi daerah, yang masing-masing daerah ingin memanfaatkan sumberdaya yang ada seoptimal mungkin. Disisi lain, kerusakan lingkungan tidak bisa dihindarkan, akibat dampak pemanfaatan sumberdaya alam tanpa mengindahkan aspek kelestariannya. Untuk itu, salah satu upaya dalam mengatasi masalah-masalah diatas adalah dengan cara antara lain dengan :

Rehabilitasi lahan melalui berbagai cara, antara lain dengan : Reboisasi, penghijauan, penanaman kembali dengan tanaman perkebunan, tanaman pertanian, reklamasi lahan pada lahan bekas tambang, dll.
Koordinasi dengan berbagai stackholder dalam merancang pemanfaatan sumberdaya alam, secara arief, tanpa meninggalkan aspek kelestarian
Membuat skala prioritas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Salah satu cara yang mungkin bisa dijadikan opsi dalam rangka rehabilitasi lahan kritis terutama yang berbenturan dengan berbagai masalah khususnya masyarakat adalah antara lain dengan penerapan aplikasi silvikultur. Karena dengan penerapan aplikasi silvikultur akan bisa mewadai berbagai kepentingan yang berkait dengan rehabilitasi lahan kritis.

Lahan kritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
lahan ktitis di daratan, misalnya : lahan bekas tambang, lehan bekas illegal logging, dan lahan tandus dan gundul
lahan kritis di kawasan perairan, misalnya : hamparan pasir dipantai dan degradasi kawasam hutan payau.





III. Tujuan Rehabilitasi Lahan kritis

Lahan kritis yang semakin luas akan mengancam kehidupan baik yang di darat maupun perairan. Reklamasi dan rehabilitasi lahan kritis diperlukan untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut secara optimal sebagaimana mestinya dan tentunya berguna bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Adapun tujuan dari pembangunan kembali lahan kritis adalah :
Meningkatnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Meningkatkan produktivitas
Meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik
Menyediakan air dan udara yang bersih
Terpeliharanya sumber daya genetik
Panorama lingkungan yang indah, unik dan menarik
IV. Langkah-Langkah Rehabilitasi

Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh agar pekerjaan rehabilitasi dapat berhasil dengan baik. Langkah-langkah yang dimaksud adalah.
Upaya memperbaiki kondisi mikroklimat dan upaya agar kondisi tanah berbatu mulai memungkinkan ditumbuhi oleh flora berakar dangkal sambil berupaya untuk memperkaya hara nitrogen dan hara makro dan hara mikro lainnya.
Seperti pada langkah pertama, tetapi menggunakan jenis-jenis yang sistem perakarannya lebih dalam.
Pemilihan jenis-jenis pohon yang persyaratan tumbuhnya sesuai dengan kondisi habitat yang bersangkutan
Pemilihan jenis-jenis yang lebih produktif.

Pemilihan jenis-jenis yang lebih produktif dan memiliki nilai komersiil sudah dapat dimulai (Pemuliaan Pohon)

IV. Klasifikasi Lahan Kritis

A. Lahan Kritis di Daratan
1. Lahan bekas tambang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah akan sumber daya tambang. Perkembangan pertambangan di Indonesia sangat tinggi, dari pertambangan batu bara, minyak bumi, emas, timah, perak dan lgam lainnya.

Untuk endapatkan bahan-bahan tambang ini melalui proses penggalian, pengerukan, pencucian, pemurnian dan lain sebagainya. Tahapan proses yang berlangsung untuk mendapatkan logam-logam dalam bentuk murni merupakan sumber dari pencemaran lingkungan. Pada proses pencucian dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar, karena secara tidak langsung tanah dan air tercemar. Hal tersebut berdampak negatif pada tanaman yang ada yaitu kesulitan untuk hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat contohnya logam air raksa (Hg), Kadmium (Cd), Timah hitam (Pb), dan Khrom (Cr) biasanya memiliki efek meracuni bagi makhluk hidup.

Upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan pada lahan pertambangan salah satu meode yang digunakan adalah Phytoremediation. Pada metode ini, tanaman tertentu ditanam pada lahan yang tercemar dan tanaman tersebut akan berinteraksi dengan organisme tanah yang ada sehngga dapat mentransformasi polutan. Selain itu, dapat memperbaiki tanah yang tercemar oleh bahan/ komponen logam berat bercun tersebut. Penggunaan tanaman yang kemampuan mengikat logam berat yang tinggi dapt menjadi strategi untuk mereklamasi lahan tercemar logam berat.

Daerah pertambangan pada umumnya dipersepsikan sebagai daerah dengan kondisi lahan yang kritis dan tercemar oleh limbah beracun. Sebagai contoh pada tailing penambangan emas, logam-logam berat yang beracun terdiri atas selenium, sulfur, chromium, cadmium, nikel, seng dan tembaga.

Pada lahan bekas tambang selain dijumpai limbah beracun, juga terdapat beberapa tumbuhan pionir yang telah beradaptasi dengan kondisi kritis dan tercemar. Tumbuhan pionir tersebut mempunyai potensi untuk phytoremediation.
2. Lahan bekas illegal logging

Berbagai problematika di sektor kehutanan memiliki dampak pada lingkunganya. Maraknya pembalakan liar menyebabkan kerusakan yang dinamis baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Dampak illegal logging terhadap lingkungan adalah terjadinya pemadatan tanah, berkurangnya kapasitas infiltrasi, meningkatnya aliran permukaan dan erosi dan terganggunya daur hidrologis pada kawasan tersebut. Secara ekologis, kerusakan sumber daya hutan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan telah menimbulkan erosi tanah yang dapat menimbulkan dampak negatif secara luas baik langsung maupun tidak langsung. Di tempat terjadinya erosi akan terjadi kehilangan tanah yang baik dan subur, kehilangan unsur hara dan penurunan produktivitas, berkurangnya lahan untuk menampung dan menyimpan air. Sedangkan di luar tempat kejadian erosi terdapat endapan lumpur yang memperkecil daya tampung air di dalam sungai, rusaknya lahan pertanian dan pemukiman, menurunnya kualitas air dan rusaknya ekosistem perairan. Secara biologis, kerusakan akibat illegal logging juga mengakibatkan terjadinya kemerosotan genetis dari jenis-jenis yang ditebang, terjadinya kerusakan tegakan tinggal serta punahnya berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar. Dengan demikian, sangat diperlukan upaya reklamasi lahan bekas illegal logging tersebut dengan aplikasi silvikultur yang baik guna mengembalikan fungsi lahan kritis akibat pembalakan liar tersebut.
3. Lahan tandus dan gundul

Sumber daya alam indonesia amatlah besar, tetapi akibat keserakahan dan ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab mengakibatkan kerusakan-kerusakan dimana-nama. Sering kita mendengar istilah lahan tandus, gersang dan gundul. Sepertinya sebutan tersebut mengisyaratkan bahwa kita kekurangan pangan. Lahan tandus dan gersang adalah keadaaan suatu areal yang tidak dapat ditanami lagi atau tidak produktif. Lahan seperti ini diakibatkan dari eksploitasi tanaman yang tak terkendali sehingga mengakibatkan hilangnya top soil atau tanah atas akibat erosi yang besar.

Upaya untuk menangulangi kerusakan ini adalah dengan cara rehabilitasi lahan yaitu penghijauan kembali. Salah satu teknik penghijauan kembali dengan penerapan silvikultur intensif.

Pertama kita harus mengembalikan tanah yang hilang tersebut. Dengan cara yang paling utaman mengidentifikasi jenis tanaman yang masih ada di areal tersebut dan memperbanyak. Mencari tanaman pioner, kemudian menggunakan jenis tanaman legum/ polongan seperti kemlandingan/ lamtoro, gamal, serta jenis-jenis lain. Kita memilih tanaman jenis legum dikarenakan biji banyak dan penyebaranya jauh serta mudah berkecambah. Dengan daun yang majemuk dan tipis mudah terdekomposisi, serta akan membentuk iklim mikro dibawah tegakan yang merupakan tempat hidup mikro organisme pengurai. Dan kelamaan akan terjadi suksesi, sehingga pada saatnya nanti kita akan bisa menanam lahan tersebut dengan tanaman keras lagi, bahkan kita dapat menerapkan konsep agroforestry pada lahan tersebut.

B. Lahan Kritis di Kawasan Perairan

1. Hamparan pasir di Pantai
Derah pesisir pantai pada umumnya berupa hamparan pasir yang luas. Kawasan ini merupakan lahan marginal yang memiliki pasir dinamis, tidak memiliki agregat, kandungan bahan organik rendah, mudah mengalami kekeringan dan mempunyai kadar garam yang tinggi. Selain itu, jenis tanah pasiran (regosol) dengan tekstur tanah geluh pasiran, kemampuan menyerap air sangat tinggi. Karakteristik tersebut yang menjadi faktor pembatas pada usaha penanaman di kawasan pesisir pantai. Jenis tumbuhan yang mampu tumbuh sedikit. Biasanya terdapat tumbuhan bawah yang mampu tumbuh secara alami seperti rumput gulung dan perdu seperti widuri. Untuk tanaman kayu keras yang memiliki fungsi lebih kompleks telah dicoba dan berhasil oleh Prof. Suhardi yaitu spesies cemara udang (Casuarina equisetifolia). Pemilihan spesies cemara udang karena merupakan satu-satunya tanaman pionir yang mampu tumbuh pada daerah dekat pantai. Cemara udang sendiri mampu hidup pada daerah miskin hara karena mampu bersimbiosis dengan frankia yang dapat membantu akar tanaman mengikat nitrogen dari udara dan endomikorisa yang dapat membantu akar menyerap unsur P dari tanah (Suhardi, 2002).

Fungsi penanaman kayu keras pada lahan pesisir pantai adalah sebagai berikut:
Sebagai wind break (pemecah angin).
Penghalang tsunami.
Pencegah abrasi pantai.
Sebagai pembentuk komunitas awal yang mampu mengahadirkan komunitas baru (fasilitasi) sehingga menjadi bentuk pemanfaatan terpadu (sebagai contoh : di pantai samas terdapat pemanfaatan lahan agroforestry berbasis cemara udang ).
Pelindung tanaman lain.
Mengurangi erosi angin (reduce wind erosion).
Keindahan.

Rehabilitasi kawasan pesisir pantai sangat diperlukan mengingat banyaknya fungsi yang dapat diperoleh. Rehabilitasi pada pesisir pantai ini dapat berupa formasi hutan pantai.

2. Degradasi kawasan hutan Payau
Hutan payau termasuk salah satu formasi hutan yang tumbuh di daerah pantai selain formasi hutan pantai. Terbentuknya hutan payau di daerah pantai apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Tidak adanya ombak yang besar, sehingga lumpur masih mampu bertahan diri tidak terbawa oleh gelombang air laut.
Lahan yang berlumpur dan sedikit pasir.
Adanya sungai-sungai yang bermuara ke daerah pantai itu yang memungkinkan membawa lumpur dari daratan karena erosi.
Daerah pantai yang masih terpengaruh oleh pasang surut air laut, dengan demikian air yang mempengaruhi pantai adalah air asin, bukan air tawar.

Jenis tanah penyusun hutan payau adalah Aluvial (ordo entisol), merupakan jeis tanah baru. Tanah ini berasal dari bahan induk tanah yang berada pada dataran yang lebih tinggi kemudian mengalami erosi baik secara alami maupun erosi dipercepat oleh air hujan dan terbawa oleh aliran sungai.

Fungsi hutan payau yang tidak dimiliki oleh ekosistem lain adalah kedudukannya sebagai mata rantai yang menghubungkan kehidupan darat dan laut. Hutan payau menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi nekton. Nekton ini menjadi sumber makanan bagi biota pemakan daging baik di darat maupun di laut. Funsi lain dari hutan payau dapat dikegorikan sebagai berikut:
Fungsi Fisik

- Mencegah abrasi dan intrusi air laut ke darat
- Menambah substrat untuk pertumbuhannya sehingga tanah menjadi stabil.
   Fungsi biologis
- Tempat berlindung, mencari makan dan berkembang biak bagi biota laut.
   Fungsi ekonomis
- Kayu dari hutan mangrove dapat dijadikan bahan pulp, arang, perkakas dan lain sebagainya.
- Dapat digunakan pola tumpang sari dengan empang parit ikan (Silvofishery).

Mengingat banyaknya fungsi dari hutan payau tersebut maka diperlukan pembangunan kembali hutan payau yang sekarang makin terdegradasi.
Sumber : http://wanagama1.wordpress.com/2009/10/22/rehabilitasi-lahan-dimana-bagaimana/

Cara Pengendalian Penyakit Tanaman Cabe Secara Terpadu

Mulai dari persemaian, penanaman dan panen tanaman cabe selalu menghadapi gangguan dari berbagai jenis Organisme pengganggu tanaman (OPT). Penyakit merupakan salah satu OPT yang banyak menyerang tanaman cabe. Berbagai jenis penyakit tanaman ini merlukan pengendalian agar tanaman tetap tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga tanaman dapat berproduksi semaksimal mungkin. Pengendalian juga diharapkan dapat menekan gangguan tersebut sehingga risiko kegagalan maupun kerusakan dapat dikurangi.

Salah satu konsep pengendalian terhadap gangguan OPT yang sampai sekarang dipandang sebagai konsep yang paling baik adalah pengendalian OPT secara terpadu.

Berdasarkan konsep pengendalian secara terpadu, pestisida merupakan salah satu teknik atau komponen pengendalian secara kimiawi. Pestisida ini bukanlah obat melainkan bahan racun yang berbahaya bagi manusia,hewan peliharaan dan lingkungan bila salah dalam penggunaanya. Oleh karena itu dalam penggunaan pestisida harus tepat dosis,tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan tepat guna.

Perlu juga dipahami, pada saat memindahkan,mengencerkan dan menyemprotkan pestisida perlu menggunakan pakaian pelindung berupa baju berlengan panjang, celana panjang, sarung tangan, penutup muka (masker), topi dan sepatu. penyemprotan jangan melawan arah angin. Saat penyemprotan yang paling baik adalah pagi hari dari pukul 07.00 – 10.30 atau sore hari pukul 15.30 – 17.00.

Beberapa penyakit tanaman yang sering menyerang tanaman cabe antara lain penyakit rebah semai (dumping off), layu fusarium, layu bakteri, antraknosa (patek),busuk phytopthora, bercak daun, busuk kuncup / teklik, bercak bakteri, penyakit tepung dan penyakit akibat virus.
Rebah Semai (dumping off).

Rebah semai (dumping off) merupakan penyakit yang pertama kali menyerang tanaman cabe. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pythium debarianum Hese. dan Rhizoctonia solani Kuhn. Cendawan ini tergolong patogen luar tanah yang menyerang pada suhu rendah dan tanah masam. Apabila bongkahan tanah tersebut dibuka sering terlihat miselium dari cendawan. Serangan di persemaian ditandai dengan bibit tidak berkecambah atau bibit tiba-tiba rebah, lalu mati. Apabila diperhatikan maka pada pangkal batang terdapat infeksi dari cendawan berwarna cokelat hitam, kebasah-basahan, mengerut, yang menyebabkan tanaman mati.

Penyakit rebah semai dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut :
  1. Perlakuan benih dengan perendaman selama 4 – 6 jam pada air hangat yang telah diberi fungisida Previcur N dengan konsentrasi 1,5 ml per liter air dan Derosal 2 gr per liter air.
  2. Sterilisasi media semai dengan Basamid G.
  3. penyemprotan fungisida secara berseling antara fungisida kontak dan sistemik pada persemaian berumur 14 hari.  Fungisida yang biasa digunakan adalah Vitigram Blue 0,5 – 1,0 g per liter diselingi dengan Previcur N 1,0 – 1,5 ml per liter air.
Untuk jenis – jenis penyakit pada tanaman cabe yang lain akan dibahas lebih lanjut pada tulisan-tulisan selanjutnya (Sumber tulisan : Agribisnis Cabai Hibrida,  oleh Ir. Final Prajnanta,penerbit Penebar Swadaya, 1995) dan http://www.penyuluhpertanian.com/pengendalian-penyakit-tanaman-cabe-secara-terpadu/.html

Pengajuan usulan Desa dan Gapoktan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2011

Pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada tahun 2011 ini mulai dilakukan percepatan. Percepatan ini dimaksudkan agar pelaksanaan PUAP tidak terlambat seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Percepatan ini dimulai dengan mempercepat proses pengajuan usulan desa dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) pelaksana program PUAP dari daerah, sebab biasanya pada tahapan inilah mulai dari usulan,verifikasi dan penetapanya yang paling banyak menyebabkan keterlambatan pelaksanaan PUAP. 

Berkenaan dengan ini Kementerian Pertanian telah menerbitkan surat mengenai usulan desa dan Gapoktan PUAP tahun anggaran 2011 tersebut. Menteri Pertanian pada tahun 2011 ini hanya akan menetapkan nama desa dan Gapoktanya saja sebagai pelaksana PUAP tahun 2011. Berkaitan dengan itu pengajuan usulan tersebut hanya terdiri dari nama desa dan nama Gapoktan saja dan Gapoktan yang diusulkan hanya 1 gapoktan untuk setiap desa yang disulkan. Sedangkan nama dan susunan pengurus tidak disertakan dalam usulan ke Kementerian Pertanian. Nama dan susunan pengurus akan disampaikan nanti melalui keputusan Bupati / Walikota setelah terbitnya penetapan desa dan Gapoktan PUAP Tahun 2011 oleh Menteri Pertanian. 

Pengusulan nama desa dan Gapoktan PUAP tahun 2011 harus Desa dan Gapoktan yang belum pernah menerima program yang sama pada tahun 2008, 2009 maupun 2010. Selain itu Kabupaten / Kota yang menguslkan calon desa dan gapoktan PUAP tahun 2011 ini harus dapat menyediakan dana pendukung pengawalan pelaksanaan PUAP tahun 2011 serta pembinaan berkelanjutan Gapoktan PUAP tahun 2008, 2009 dan 2010. 

Pengajuan usulan desa dan Gapoktan PUAP tahun 2011 ini paling lambat tanggal 25 Februari 2011 di Sekretariat PUAP cq. Direktorat Pembiayaan, Ditjen Sarana dan Prasarana Pertanian (PSP) melalui telpon/ fax 021-7616085 / 78834838. 

Secara lengkap pengajuan usulan desa dan Gapoktan PUAP tahun 2011 dapat dilihat disini dan disini.

Sumber : http://www.penyuluhpertanian.com/pengajuan-usulan-desa-dan-gapoktan-program-puap-tahun-anggaran-2011/.html 

JENIS - JENIS JATI DI INDONESIA

Jati emas plus
Sumber induk jati emas plus dari pohon jati genjah tertua di Indonesia. Saat diambil, batang itu baru berumur 5 tahun tetapi tingginya 10-15 m dan berdiameter 25 cm. Pucuknya dikulturjaringankan oleh PT Katama Surya Bumi (KSB), di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bibit hasil kultur jaringan itu tumbuh pesat. Terhitung setelah 6 bulan pertama penanaman, diameter meningkat 0,7 cm dan tinggi 12 cm/bulan. Pada penjarangan pertama pada umur 7 tahun, tinggi jati emas plus mencapai 15 meter dan diameter 27,5 cm. Setelah 15 tahun, jati emas plus siap dipanen dengan diameter 34 cm dan tinggi 17 meter.

Teksturnya kuat dan kokoh, mirip jati konvensional. Itu didapat jika dirawat secara teratur seperti pemupukan pada awal tanam, pembersihan gulma di sekeliling tanaman, dan pemetikan daun-daun tua. Salah satu pekebun yang menanam intensif adalah Noer Soetrisno, sekretaris Menteri Perumahan Rakyat. Ia memberikan pupuk kandang dan zeolit saat awal tanam hingga berumur setahun.

Saat daun bawah menguning, satu per satu dibersihkan agar nutrisi tidak terserap daun itu. Hasilnya, 7.200 jati emasnya di 4 kota menghasilkan keuntungan lebih dari Rp30-juta setelah 4 tahun penanaman. Jati emas tumbuh baik di daerah dengan 3-5 bulan musim kering. Suhu lingkungan 27-36oC dan curah hujan 2000 mm per tahun. Agar jati tumbuh optimal, pH 4,5-6. Menurut Sri Wahyuni dari KSB, hindari penanaman jati emas di lahan bekas singkong, pisang, dan sawah.

Lahan singkong mengandung sianida tinggi, bersifat racun, sehingga tanaman tumbuh kerdil. Sedangkan lahan bekas pisang dan sawah mengandung banyak air, sulit bagi jati membuat perakaran kuat. Walau begitu, jati emas berdaya adaptasi luas, tak hanya ditanam pada dataran rendah, tetapi juga dataran tinggi.

Jati jumbo
Jati jumbo lebih dikenal dengan nama jati solomon lantaran dikembangkan di Kepulauan Solomon, negara di sebelah timur Papua Nugini. Ciri khasnya daun tak terlalu lebar, tetapi tebal dan kuat. Tumbuhnya lurus ke atas. Pasangan daun serasi, berwarna hijau kebiruan. Batang tegak lurus, bulat besar, tahan penyakit, tumbuh sangat cepat, relatif sedikit percabangan, pucuk batang kuat, jarang patah karena badai atau hama, sehingga tanaman dapat tumbuh sempurna.

Tanaman jati jenis lain sering patah di pucuk, maka sosoknya bercabang-cabang. Penanaman cocok di daerah tropis bercurah hujan sekitar 1.000-2.000 mm/tahun, suhu 24-35oC, tanah berkapur, berketinggian di bawah 700 m dpl. Jati jumbo menyukai penyinaran matahari penuh. Oleh karena itu, idealnya jarak tanam 3-3,5 m, sehingga total populasinya 1.000-1.200 pohon/ha. Saat 6 tahun dilakukan penjarangan 500 batang.

Setiap pohon menghasilkan 0,25 m3 kayu dengan harga Rp 2-juta/m3. Itu berarti penjarangan setelah 6 tahun penanaman menghasilkan Rp250-juta. Volume panen lebih tinggi lagi pada umur 20 tahun, kata Teddy Pohan, staf pemasaran PT Tunas Agro Makmur, produsen bibit jati jumbo. Volume yang dihasilkan sekitar 750 m3 dengan mutu lebih baik sehingga harganya mencapai Rp4-juta/m3.

Jati plus perhutani (JPP)
Pada 1976, Perhutani mulai menyeleksi 600 jati unggul di seluruh Indonesia. Dua belas tahun kemudian, jati plus perhutani lahir dengan berbagai kelebihan seperti tumbuh lebih cepat, tahan penyakit dan adaptif di dataran tinggi maupun rendah. Itu termasuk lahan kritis yang tak bernutrisi, kata Harsono dari Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan, Cepu, Jawa Tengah. Tekstur kayu mirip jati konvensional walau tergolong kelas kekuatan III. 

Ketika jati berumur satu tahun, tingginya 4 m dan keliling batang 12 cm. Pada umur tiga tahun, tinggi tanaman mencapai 8 m dan keliling batang rata-rata 26 cm. Saat dipanen pada umur 12 tahun, diameter batang sudah mencapai 23 cm dengan tinggi 14 m.

Jati super gama
Super gama berasal dari jati terbaik di Cepu, Jawa Tengah. Warna daun hijau kemerahan. Cara tumbuh maupun perawatan mirip dengan jati genjah lain. Menurut Ir Franky dari Gama Surya Lestari, produsen bibit super gama, tinggi tanaman setelah 3 bulan persemaian 70 cm. Pertumbuhannya mencapai 20 cm per bulan. Saat berumur 1 tahun tingginya 8 m.

Media tanam berupa pupuk kandang dan tanah berasio 1:1. Tempat yang paling cocok di ketinggian lebih dari 600 m dpl. Dengan jarak tanam 2 m x 2 m, total populasi 2.500 pohon/ha. Waktu panen perdana pada umur 7-8 tahun, diperkirakan produksinya 100 m3/ha. Sebab, penjarangan hanya menebang 25% dari total populasi. Saat itu, diameter mencapai 20-25 cm dan tinggi 15 meter. Sisanya, dipanen setelah berumur 13-14 tahun. Saat itu, tinggi pohon mencapai 21 m dengan diameter 30-33 cm. Artinya, panen yang diperoleh cukup singkat itu menghasilkan 450 m3 jati bangsawan.

Jati utama
Berbeda dengan jati genjah lainnya, jati utama diambil dari klon terbaik asal Muna, Sulawesi Tenggara. Lantaran teruji dengan iklim dan lingkungan di luar Jawa, varietas itu lebih cocok jika ditanam di luar Pulau Jawa. Areal penanaman diutamakan pada ketinggian kurang dari 700 m dpl. Cara tumbuh dan perawatannya mirip dengan jati lain.

Menurut pengujian PT Bhumindo Hasta Jaya Utama, pertumbuhan jati utama pada umur 2 tahun mencapai 2-4 meter dengan diameter batang 13 cm. Dengan jarak tanam 2 m x 2 m, total populasi 2.500 pohon per ha. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 tahun. Saat itu, dari 1.250 pohon dengan diameter 15 cm dan tinggi 6-7 m menghasilkan 131 m3. Sisa 1.250 batang lainnya dipanen setelah berumur 15 tahun. (Vina Fitriani) Sumber : http://www.interxpose.com/forum/forum_posts.asp?TID=25

SEKILAS USAHA JATI SOLOMON / NAMA BOTANI JATI / SEJARAH JATI SOLOMON

JATI SOLOMON berasal dari klon Jati-Jati Super asal Myanmar dan Thailand, yang oleh para pakar Jati dibudidayakan dan dikembangkan selama puluhan tahun di kepulauan Solomon.

Jati Solomon merupakan jenis Tanaman Jati (Tectona grandis Linn.) klasifikasi botani jati yaitu sebagai berikut : 
Kingdom : Plantae 
Divisi : Spermatophyta 
Kelas : Angiospermae 
Sub-kelas : Dicotyledoneae 
Ordo : Verbenales 
Famili : Verbenaceae Genus : 
Tectona Spesies : Tectona grandis Linn.

JATI SOLOMON punya ciri khas berikut :

1. Daun tidak terlalu melebar, namum tebal, kuat dan tumbuh condong keatas. Pasangan-pasangan daun tumbuh dengan serasi dan warna hijau kebiru-biruan
(olive).

2. Batang tegak lurus vertical, bulat dan besar (sangat kokoh), tahan penyakit, tumbuh
sangat cepat, relatif sedikit bercabang.

3. Pucuk batang relatif kuat, jarang patah karena badai atau hama, sehingga tanaman dapat tumbuh sempurna.

Tanaman Jati yang sering patah bagian pucuk, akan tumbuh bercabang-cabang, sehingga pohon tumbuh agak pendek dan hasil kayu akan berkurang.

Melihat kenyataan kebutuhan kayu dunia yang semakin meningkat setiap tahun sementara areal hutan di masing-masing negara semakin berkurang, maka dapat diperkirakan beberapa tahun lagi dunia akan semakin sulit memenuhi kebutuhan kayu bermutu. Indonesia khususnya yang beberapa tahun lalu masih merupakan salah satu sentra produksi kayu dunia, kini bahkan sudah mulai kesulitan memenuhi kebutuhan kayu dalam negeri sendiri. Untuk kayu bermutu tinggi, kayu Jati khususnya, dapat diperkirakan akan lebih sulit lagi untuk mendapatkannya, maka dapat dipastikan harga akan semakin tinggi.

Indonesia yang letaknya disekitar ekuator, dengan sinar matahari yang cukup intensif dan panjang, ditunjang oleh curah hujan yang cukup dan tanah subur yang masih sangat luas, ditinjau secara komersial penanaman Jati jelas mempunyai prospek yang sangat cerah. Tidak mengherankan, beberapa tahun lalu usaha penanaman Jati secara komersial dibeberapa negara masih menjadi monopoli pemerintah.

Kini dengan semakin terbukanya dunia usaha, tersedianya jenis-jenis bibit Jati yang diproduksi melalui kultur jaringan yang sangat unggul, tumbuh cepat dan berkualitas tinggi, khususnya pada JATI SOLOMON akan menghasilkan kayu yang bermutu tinggi dan seragam dalam jumlah besar. Hal ini memperjelas prospek usaha yang lebih cerah.

Jika Anda mempunyai :
• Area kebun yang cukup luas,
• Tanah kosong yang masih pikir-pikir mau dimanfaatkan untuk apa,
• Halaman rumah yang cukup luas,
• Area penghijauan di pabrik-pabrik serta instansi pemerintah & swasta,
• Atau jika Anda tidak mempunyai tanah tetapi sanggup menyewa tanah cukup luas dalam masa panjang (25 tahun)

Maka sekaranglah Anda dapat mengetahui dan menentukan pilihan investasi dengan hasil yang luar biasa, lanjutkan mengetahui informasi dibawah ini.

ANALISA USAHA
Perkiraan biaya per hektar dalam 6 tahun pertama, bila 1 hektar ditanam 1.000 pohon.
Beli Bibit 1000xRp.17.500**,-/pohon                = Rp 17.500.000,-
Pupuk & Obat-obatan 1000xRp. 4.000,-/pohon = Rp. 4.000.000,-
Biaya Tanam 1000xRp. 500,-/pohon                  = Rp.    500.000,-
Biaya pemeliharaan selama 6 tahun                     = Rp.18.000.000,-
                                                                             ---------------
                                                                            Rp.40.000.000,-

Perkiraan hasil kayu (Jati muda) setelah 6 tahun pertama
500 pohon x 0,25m³ = 125m³ nilai 125m³ x Rp.5 juta,- = Rp. 750 juta,-
Perkiraan hasil kayu dari sisa penjarangan setelah berusia 15 tahun
500 pohon x 1,25m³ = 750m³ nilai 750m³ x Rp. 8 juta,-/m³ = Rp. 6,000 milyar,-

Bandingkan dengan metoda lain mana dari inevestasi yang dapat memberikan nilai tambah sebesar itu?
** Harga per kubik berubah per tahunnya ! **

Catatan
Perkiraan pengeluaran biaya per hektar akan semakin rendah bila penanaman berskala lebih besar. Hasil kayu sangat bergantung pula pada kondisi kesuburan tanah dan curah hujan.

Sumber : http://surynarend.multiply.com/journal/item/35

ASPEK TEKNIS TANAM JATI SOLOMON

  1. Tanaman berada di daerah tropis dengan curah hujan sekitar 1000-2000 mm/tahun, suhu 24-35°C, tanah berkapur, ketinggian   dibawah 700m dari permukaan laut. Jati Jumbo sangat menyukai udara panas dengan terik matahari yang panjang.   
  2. Jarak tanam sekitar 2.5-3meter per hektar 1000-1.200 pohon. Penanaman yang rapat dapat membantu tanaman tahan terhadap angin besar/badai dan tumbuh cepat keatas dengan sedikit bercabang. Setelah 6-7 tahun perlu dijarangkan (50%) agar tanaman Jati sisa dari penjarangan (50%) dapat tumbuh besar.
  3. Penanaman waktu musin hujan mempermudah pekerjaan pengairan/penyiraman namum musim kemaraupun dapat ditanam asal ada sistim pengairan/penyiraman.   

ANALISA USAHA/BIAYA JATI SOLOMON

Perkiraan biaya per hektar dalam 6 tahun pertama, bila 1 hektar ditanam 1.000 pohon.

Beli Bibit 1000xRp.17.500**,-/pohon                                        =  Rp 17.500.000,-
Pupuk & Obat-obatan 1000xRp. 4.000,-/pohon                      =  Rp.  4.000.000,-
Biaya Tanam 1000xRp. 500,-/pohon                                        =  Rp.     500.000,-
Biaya pemeliharaan selama 6 tahun                                        =   Rp.18.000.000,-
                                                                                                           ----------------------
                                                                                                           Rp.40.000.000,-

Perkiraan hasil kayu (Jati muda) setelah 6 tahun pertama:

500 pohon x 0,25m³ = 125m³ nilai 125m³ x Rp.5 juta,- = Rp. 750 juta,- 

Perkiraan hasil kayu dari sisa penjarangan setelah berusia 15 tahun 

500 pohon x 1,25m³ = 750m³ nilai 750m³ x Rp. 8 juta,-/m³ = Rp. 6,000 milyar,-

CARA PEMELIHARAAN JATI SOLOMON

1.  Membersihkan lahan dari gulma disekitar pohon.
2.  Untuk daerah yang banyak rayap atau hama akar, seperti uret, uter-uter atau lainnya, taburkan sekitar 50 gram currater, ruby (Carbofuran) disekeliling batang. 
3.  Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lapangan. 
4. Pemupukan dapat diulangi setiap 3 bulan dengan NPK Mutiara sebanyak 100-150 gram/pohon, apabila telah memasuki musim penghujan. 
5.  Pada umumnya pohon Jati Solomon sangat tahan terhadap serangan hama. Apabila terdapat ulat daun yang menyerang daun pada umumnya dapat diatasi dengan disemprot insektisida. Sedangkan serangan inger-inger, oleng-oleng yang melubangi batang dapat diatasi dengan paraffin, meni kayu dan semprotkan insektisida. 

CARA PENANAMAN JATI SOLOMON

1.  Membersihkan lahan, menentukan titik tanam dengan cara mengukur jarak sekitar 3 meter atau 3,5 meter dan mematok lahan serta membuat lubang tanam berukuran 40cm x 40cm x 40cm.

2.  Pada waktu penanaman maka bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah dirobek plastiknya secara hati-hati agar bola tanah dalam polybag tidak pecah, selanjutnya menimbunnya dengan tanah bekas galian, tinggi bibit 10 s/d 30 cm siap tanam.

3.  Mencampur tanah bekas galian dengan 4 kg pupuk kandang (kotoran Sapi, atau Kerbau lebih baik) yang sudah matang dengan 100 gram kapur tani atau kapur dolomite dan 200 gram NPK setelah diaduk rata, tanah campuran tersebut dipakai untuk menimbun kembali ke dalam lubang setelah didiamkan selama 7-10 hari.

4.  Menanam Jati harus hati-hati, jangan terlampau dalam sehingga menutupi bagian batang terlalu dalam. Di tempat-tempat yang banyak tiupan angin diperlukan patok penyangga tanaman.

5.  Untuk daerah yang banyak rayap atau hama akar seperti uret, uter-uter atau lainnya, taburkan 50 gram currater, ruby (Carbofuran) disekeliling batang.

6.  Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lapangan.

7.  Pemupukan dapat diulangi setiap 3 bulan dengan NPK sebanyak 100-150 gram / pohon atau disesuaikan dengan kebutuhan tergantung dari tingkat kesuburan tanah masing-masing daerah.

8.  Serangan hama, pada umumnya pohon Jati Solomon sangat tahan terhadap serangan hama. Ulat daun yang menyerang daun pada umumnya dapat diatasi dengan disemprot insektisida. Sedangkan serangan inger-inger, oleng-oleng yang melubangi batang dapat diatasi oleh paraffin, meni kayu dan diseprotkan insektisida.

PENCEGAHAN HAMA JATI SOLOMON

Jenis hama yang menyerang areal pertana daerah dan organ yang diserang sebagai berikut :

(1) Hama yang menyerang daun

Hama yang menyerang daun ada sekitar 139 jenis. Jenis yang berasal dari kelompok Coleoptera ada 41 jenis, Lepidoptera 80 jenis, dan Orthoptera 18 jenis. Jenis hama penting yang perlu diperhatikan yaitu Eutectona machaerallis (Lepidoptera: Pyralidae) dan Hyblaea puera (Lepidotera: Hyblaeidae). Tanda-tanda serangan maupun cara pengendaliannya sama dengan tanda-tanda maupun pengendalian hama di pesemaian.

Beberapa jenis hama yang menyerang daun di malam hari di antaranya Colasposoma asperatum, C. downesi, Nodostoma sp.,Sebaethe sp., Astycus sp., Crinorrhinus sp., Adorectus sp., dan Apogonia sp. Hama-hama tersebut memakan daun jati (daging daun) sehingga daun hanya tinggal kerangka saja.

Salah satu upaya untuk pencegahan yaitu dengan cara biologis. Areal pertanaman jati perlu didiversifikasi dengan jenis tumbuhan lain untuk mengalihkan pola konsumsi hama pemakan daun. Beberapa jenis tanaman yang dapat ditanam yaitu Calicarpa arborea, C. cana. C. macrophylla, Tectona hamlitoniana, Vitex spp., Bignonia spp., dan Heterophragma spp. Salah satu pilihan yang terbaik adalah dengan penanaman mimba (Azadirachta indica ).( Kami menyediakan bibit mimba ).Serangan hama yang menyerang daun dapat dikendalikan dengan dilakukan penyemprotan insektisida Malathion 0,05%.

(2) Hama yang menyerang batang
Batang jati tidak luput dari serangan hama penggerek batang seperti Cossus cadambae, Endoclita chalybeata, Idarbela quadrinotata, Sahyadrassus malabaricus (Lepidoptera: Cossidaej Hepialdae), dan Dihammus cervicus (Coleoptera: Cerambycidae). Sedangkan jenis insekta yang sering menimbulkan gall (kanker) yaitu Asphondylia tectonae (Diptera: Itonididae), Anoplocnemis taistator, Icerya formicarum, Laccifer lacca, Planococcus sp., dan Perisopneumon sp. (Homoptera: Lacciferidae).

Gejala penyakit kanker muncul setelah 3—4 tahun, bahkan ada yang 7 tahun, setelah terjadi serangan. Gejala yang tempak antara lain batang membengkak dan berlubang-lubang, serta warna kulit batang berubah menjadi cokelat kehitaman akibat keluarnya lendir. Kualitas kayu dari tanaman yang terserang akan turun sehingga nilai jualnya pun turun.

Hadirnya hama penyebab kanker diusahakan dicegah karena dapat menurunkan kualitas kayu. Cara pencegahannya antara lain :

• mengupayakan penjarangan secara dini,
• tidak menanam jati di areal yang bercurah hujan di atas 2000 mm per tahun,
• membersihkan gulma secara periodik untuk menurunkan tingkat kelembapan lahan dan lingkungan.

Tindakan pemberantasan dapat diupayakan dengan penyemprotan insektisida sistemik. Apabila diketahui ada yang terserang, pohon tersebut segera ditebang.

Walaupun tidak tahan terhadap serangan hama di atas, tanaman jati secara fisik sesuai kondisi pohon (baik basah maupun kering) memiliki daya tahan terhadap gangguan hama sejenis rayap. Keadaan ini dikarenakan batang jati mengandung fenolic acid berupa asiri tectoquinone (anthroquinone) yang mampu memproteksi gangguan.

Penanaman Mimba (Azadirachta indica) di lahan di antara tanaman jati akan menjadi penjaga alami bagi tanaman jati. Karena hama perusak yang mendarat secara acak di tanaman mimba akan mengalami kemandulan hingga kematian dalam 1 x 24 jam pada saat hama ini melakukan pola perusakan yang sama terhadap tanaman mimba.

HAMA JATI SOLOMON

Jenis hama yang menyerang areal pertana daerah dan organ yang diserang sebagai berikut :

(1) Hama yang menyerang daun

Hama yang menyerang daun ada sekitar 139 jenis. Jenis yang berasal dari kelompok Coleoptera ada 41 jenis, Lepidoptera 80 jenis, dan Orthoptera 18 jenis. Jenis hama penting yang perlu diperhatikan yaitu Eutectona machaerallis (Lepidoptera: Pyralidae) dan Hyblaea puera (Lepidotera: Hyblaeidae). Tanda-tanda serangan maupun cara pengendaliannya sama dengan tanda-tanda maupun pengendalian hama di pesemaian.

Beberapa jenis hama yang menyerang daun di malam hari di antaranya Colasposoma asperatum, C. downesi, Nodostoma sp.,Sebaethe sp., Astycus sp., Crinorrhinus sp., Adorectus sp., dan Apogonia sp. Hama-hama tersebut memakan daun jati (daging daun) sehingga daun hanya tinggal kerangka saja.

(2) Hama yang menyerang batang

Batang jati tidak luput dari serangan hama penggerek batang seperti Cossus cadambae, Endoclita chalybeata, Idarbela quadrinotata, Sahyadrassus malabaricus (Lepidoptera: Cossidaej Hepialdae), dan Dihammus cervicus (Coleoptera: Cerambycidae). Sedangkan jenis insekta yang sering menimbulkan gall (kanker) yaitu Asphondylia tectonae (Diptera: Itonididae), Anoplocnemis taistator, Icerya formicarum, Laccifer lacca, Planococcus sp., dan Perisopneumon sp. (Homoptera: Lacciferidae).

Gejala penyakit kanker muncul setelah 3—4 tahun, bahkan ada yang 7 tahun, setelah terjadi serangan. Gejala yang tempak antara lain batang membengkak dan berlubang-lubang, serta warna kulit batang berubah menjadi cokelat kehitaman akibat keluarnya lendir. Kualitas kayu dari tanaman yang terserang akan turun sehingga nilai jualnya pun turun.

ANATOMI KAYU JATI SOLOMON


Pertumbuhannya jauh lebih cepat dari Jati Unggul A ataupun Jati Genjah B. Hanya saja  untuk jati unggul , kelas kayunya memiliki range A – C ( tergantung lokasi tanam , makin kering , tinggi kadar kapur makin tinggi kelasnya , misalnya di Cepu ), Jati Mas ( B – C ) , Jati Kep.Solomon juga memiliki range kelas kayu B – C. Hanya saja, makin cepat pertumbuhan kayu, makin jauh jarak lingkaran tahunnya. Dibawah ini contoh poto Serat Kayu Jati Solomon /Solomon Teaks adalah sebagai berikut :

 UMUR TANAM 7,6 TAHUN

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More